Senin, 16 Januari 2012

Islam Melarang Ramalan dan Khurafat

Oleh Syekh Yusuf Al-Qaradhawi

Nabi Muhammad Saw datang dan dijumpainya di tengah-tengah masyarakat, ada sekelompok manusia tukang dusta yang disebut kuhhan (dukun) dan arraf (tukang ramal). Mereka mengaku dapat mengetahui perkara-perkara ghaib, baik untuk masa yang telah lalu maupun yang akan datang, dengan jalan mengadakan hubungan dengan jin dan sebagainya.
Justru itu Rasulullah Saw kemudian memproklamirkan perang dengan kedustaan yang tidak berlandaskan ilmu, petunjuk maupun dalil syara'.
Rasulullah membacakan kepada mereka wahyu Allah yang berbunyi: "Katakanlah! Tidak ada yang dapat mengetahui perkara ghaib di langit dan di bumi melainkan Allah semesta." (An-Naml: 65)
Bukan malaikat, bukan jin dan bukan manusia yang mengetahui perkara-perkara ghaib.
Rasulullah juga menegaskan tentang dirinya dengan perintah Allah SWT sebagai berikut: "Kalau saya dapat mengetahui perkara ghaib, niscaya saya dapat dapat memperoleh kekayaan yang banyak dan saya tidak akan ditimpa suatu musibah; tidak lain saya hanyalah seorang (Nabi) yang membawa khabar duka dan khabar gembira untuk kaum yang mau beriman." (QS. Al-A'raf: 188)
Allah memberitahukan tentang jinnya Nabi Sulaiman sebagai berikut: "Sungguh andaikata mereka (jin) itu dapat mengetahui perkara ghaib, niscaya mereka tidak kekal dalam siksaan yang hina." (QS. Saba: 14)
Oleh karena itu, barangsiapa mengaku dapat mengetahui perkara ghaib yang sebenarnya, berarti dia mendustakan Allah, mendustakan kenyataan dan mendustakan manusia banyak.
Sebagian utusan pernah datang ke tempat Nabi, mereka menganggap bahwa Nabi adalah salah seorang yang mengaku dapat mengetahui perkara ghaib. Kemudian mereka menyembunyikan sesuatu di tangannya dan berkata kepada Nabi: "Tahukah tuan apakah ini?" Maka Nabi menjawab dengan tegas: "Aku bukan seorang tukangtenung, sebab sesungguhnya tukang tenung serta seluruh tuukang tenung di neraka,"


Percaya Kepada Tukang Tenung, Kufur
 Islam tidak membatasi dosa hanya kepada tukang tenung dan pendusta saja, tetapi seluruh orang yang datang dan bertanya serta membenarkan ramalan dan kesesatan mereka itu akan bersekutu dalam dosa. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw: "Barangsiapa datang ke tempat juru ramal, kemudian bertanya tentang sesuatu dan membenarkan apa yang dikatakan, maka sembahyangnya tidak akan diterima selama 40 hari." (Riwayat Muslim)
"barangsiapa datang ke tempat tukang tenung, kemudian mempercayai apa yang dikatakan, maka sesungguhnya dia telah kufur terhadap wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw." (Riwayat Bazzar dengan sanad yang baik dan kuat)
Wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw itu mengatakan, bahwa hanya Allahlah yang mengetahui perkara ghaib, sedang Nabi Muhammad Saw sendiri tidak mengetahuinya, apalagi orang lain.
Firman Allah: "Katakanlah! Saya tidak berkata kepadaKu kepadamu, bahwa saya mempunyai perbendaharaan Allah, dan saya tidak dapat mengetahui perkara ghaib, dan saya tidak berkata kepadamu bahwa saya adalah malaikat, tetapi saya hanyalah mengikut apa yang diwahyukan kepadaku," (QS: Al-An'am: 50)
Kalau seorang muslim telah mengetahui persoalan ini dari Al-Qur'an yang telah menyatakan begitu jelas kemudian dia percaya, bahwa sementara manusia ada yang menyingkap tabir qodar dan mengetahui seluruh rahasia yang tersembunyi, maka berarti telah kufur terhadap wahyu yang diturunan kepada Nabi Muhammad Saw.
Sumber: Halal dan Haram dalam Islam oleh Syekh Muhammad Yusuf Al-Qardhawi. Penerbit: Pt. Bina ilmu, 1993/Media Ismet." 
Sumber: Bulltin "Uswah" Media dan informasi Pusdai Jabar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar