Senin, 23 Januari 2012

Tujuh Tanda Cinta kepada Allah SWT

Banyak orang mengaku cinta Allah SWT, tetapi masing-masing mesti memeriksa diri sendiri berkenaan dengan kemurnian cinta yang ia miliki.
Ujian pertama, ia mesti tidak membenci tentang mati, karena tak ada seorang "teman" pun yang ketakutan ketika akan bertemu "teman"nya.
Nabi Muhammad Saw bersabda : "Siapa yang ingin melihat Allah, Allah pun ingin melihatnya".
Memang benar, seorang pecinta Allah yang ikhlas mungkin saja bisa takut akan kematian sebelum ia menyesuaikan persiapannya untuk ke akhirat, tapi jika ia ikhlas ia akan rajin dalam membuat persiapan-persiapan itu.
Ujian keikhlasan yang kedua, seseorang mesti rela mengorbankan kehendaknya demi kehendak Allah, mesti berpegang erat-erat kepada apa yang membawanya lebih dekat kepada Allah, dan mesti menjauhikan diri dari tempat-tempat yang menyebabkan ia bearada jauh dari Allah.
Perbuatan dosa bukanlah bukti bahwa dia tidak mencintai Allah sama sekali, tetapi hal itu hanya membuktikan bahwa ia tidak mencintai-Nya sepenuh hati. Wali Fudhail berkata pada seseorang : "Jika seseorang bertanya kepadaku, cintakah engkau kepada Allah, maka diamlah, karena jika engkau berkata : "Saya tidak mencintai-Nya," maka engkau menjadi seorang kafir, dan jika engkau berkata : "Ya, saya mencintai Allah, padahal perbuatan-perbuatanmu bertentangan dengan itu" .
Ujian yang ketiga, dzikrullah (mengingat Allah) mesti secara otomatis terus tetap segar di dalam hati manusia. Jika seseorang memang mencintai, maka ia akan terus mengingat-ngingat, dan jika cintanya itu sempurna, maka ia tidak akan pernah melupakan-Nya. Meskipun demikian, memang mungkin terjadi bahwa sementara kecintaan kepada Allah tidak menempati tempat utama di hati seseorang, kecintaan kepada Allah-lah yang berada di tempat itu, karena cinta adalah sesuatu yang lain.
Ujian yang keempat, ia akan mencintai Al-Qur'an yang merupakan firman Allah dan Muhammad Nabiyullah, jika cintanya memang benar-benar kuat, ia akan mencintai semua manusia, karena mereka semua adalah hamba-hamba Allah. Malah cintanya akan melingkupi semua makhluk, karena orang yang mencintai seseorang akan mencintai karya-karya cipta dan tulisannya.
Ujian kelima, ia akan bersikap tamak terhadap 'uzlah untuk tujuan ibadah. Ia akan terus mendambakan datangnya malam agar bisa berhubungan dengan Temannya tanpa halangan. Jika ia lebih menyukai bercakap-cakap di siang hari dan tidur di malam hari daripada 'uzlah seperti itu, maka cintanya tidak sempurna.
Allah berkata kepada Daud a.s. : "Jangan terlalu dekat dengan manusia, karena ada dua jenis orang yang menghalangi kehadiranKu : orang-orang bernafsu mencari imbalan dan kemudian semangatnya mengendor ketika  telah mendapatkannya, dan orang-orang yang lebih menyukai pikiran-pikirannya sendiri daripada mengingatKu. Tanda-tanda ketidak-hadiranKu adalah bahwa Aku meninggalkannya sendiri.
Sebenarnyalah, jika kecintaan kepada Allah benar-benar menguasai hati manusia, semua cinta kepada yang lain pun akan hilang. Salah seorang dari Bani Israil mempunyai kebiasaan sembahyang di malam hari, tetapi ketika tahu seekor burung bisa bernyanyi dengan sangat merdu di atas sebatang pohon, ia pun mulai sembahyang di bawah pohon itu agar dapat menikmati kesenangan mendengarkan burung itu.
Allah memerintahkan Daud a.s. untuk pergi dan berkata kepadanya : "Engkau telah mencampurkan kecintaan seekor burung yang merdu dengan kecintaan kepadaKu, maka tingkatanmu di kalangan para wali pun terendahkan".
Di pihak lain, beberapa orang telah mencintai Allah dengan kecintaan sedemikian rupa, sehingga ketika mereka sedang berkhidmat dalam ibadah, rumah-rumah mereka telah terbakar dan mereka tidak mengetahuinya.
Ujian keenam adalah bahwa ibadah pun menjadi mudah baginya. Seorang wali berkata : "Selama 30 tahun pertama saya menjalankan ibadah malamku dengan susah payah, tetapi tiga puluh tahun kemudian hal itu telah menjadi suatu kesenangan bagiku".
Jika kecintaan kepada Allah sudah sempurna, maka tak ada kebahagiaan beribadah.
Ujian ketujuh, pecinta Allah akan mencintai orang-orang yang menaatiNya, dan membenci orang-orang kafir dan orang-orang yang tidak taat. sebagaimana kata Al-Qur'an : "Mereka bersikap keras terhadap orang kafir dan berkasih sayang dengan sesamanya". Nabi Muhammad saw pernah bertanya kepada Allah : "Ya Allah, siapakah pencinta-pencintaMu?" Dan jawabannya pun datang : "Orang-orang yang berpegang erat-erat kepadaKu sebagaimana seorang anak kepada ibunya, yang berlindung di dalam pengingatan kepadaKu sebagaimana seekor burung mencari naungan pada sarangnya, dan akan sangat marah jika melihat perbuatan dosa sebagaimana seekor macan marah yang tidak takut kepada apa pun".
(Sumber : Imam Al-Ghazali, Kimia Kebahagiaan/The Alchemy of Happiness).
(Disadur dari : Bulletin Dakwah dan Informasi Pusdai Jabar).






 

1 komentar: