Jumat, 16 Maret 2012

Islam Itu Akhlak Mulia

Oleh : Dra. Hj. Lenny Oemar


Akhlak yang baik akan tumbuh tatkala akidah seseorang kuat dan dipelihara dengan ibadah. Demikian diantara pendapat dua ulama kenamaan Syekh Sayyid Quthub dan Sayyid Hawa.
Banyak contoh dalam riwayat atau sejarah, bagaimana seseorang yang dihadapkan kepada situasi yang akan menjerumuskannya kepada maksiat, dapat menghindar tatkala ia menyadari keberadaan dan pengawasan Allah SWT.
"Dan wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia menutup pintu-pintu, seraya berkata: "Marilah ke sini." Yusuf berkata: "Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik." Sesungguhnya orang-orang yang zalim tiada akan beruntung."(QS. Yusuf [12:23])


Iman kepada Allah SWT. dan iman kepada hari akhirat akan melahirkan disiplin moral. Apa pun yang kita perbuat, akan diketahui Allah dan akan membalasnya bila tidak di dunia, pasti di akhirat.
Seseorang bisa berkelit dari ketentuan hukum dunia, melalui suap dan sogok atau lari dari negaranya ke negara lain, tetapi seseorang tidak akan bisa lari dari hukum Allah. Kadar keimanan seseorang sangat mempengaruhi kualitas akhlaknya. Seorang mukmin menyadari, hidup di dunia adalah hidup di alam cobaan (QS. 21:35, 67:2), tatkala hal-hal yang tidak diingini menimpa hidupnya ia sudah memiliki solusinya dari Allah (QS. 2:155-156), dan keyakinan bahwa dengan komitmen yang tinggi kepada Allah mereka akan mulia (QS. 9:35).
Kini keprihatinan kita sangat parah ketika melihat krisis akhlak merambah hampir ke setiap bidang kehidupan. Jangankan bagi orang awam atau tidak berpendidikan, yang mengaku beragama atau berlatar pendidikan formal tinggi pun banyak dilanda krisis akhlak, sehingga ada pendapat bahwa makin pandai seseorang yang rusak akhlaknya, makin canggih kejahatannya.
Mereka yang kurang pemahaman agamanya, yang sangat tipis keislamannya akan menantang para penyeru kebaikan dengan pertanyaan seperti yang tersurat dalam Al-Qur'an : 
"Dan mereka berkata: "Bilakah (terjadinya) janji ini (hari berbangkit) jika kamu adalah orang-orang yang benar?"."(QS. Yaasiin [36:48])

dan
"Dan mereka berkata: "Kapankah datangnya ancaman itu jika kamu adalah orang-orang yang benar?"" (QS. Al-Mulk [67:25])

Mereka yang menambahkan kehidupan yang selaras dengan aturan Allah dan Rasul-Nya, selalu bertanya dari mana kita harus memulai untuk menyembuhkan masyarakat yang sakit (akhlaknya) ini.
Sesungguhnya berbagai upaya sedang dan telah ditempuh, melalui da'wah Islamiyah, kajian-kajian keislaman dengan berbagai label, tabligh akbar, dzikir-dzikir massal, dan lainnya. Tempatnya pun disesuaikan dengan mad'u yang dituju, mulai dari mushala sampai hotel berbintang.
Namun, aktivitas-aktivitas pengikisan akidah dan keislaman pun makin gencar, karena banyak yang ditunggangi kepentingan bisnis. Para ulama, aktivis islam, yang meminta untuk melarang pornoaksi dan pornografi suaranya nyaris tak didengar. Kepentingan bisnis lebih mengedepankan ketimbang penyelamatan generasi muda.
Di segala bidang kehidupan, di bidang hukum dan penegakkan hukum sekalipun krisis akhlak terjadi. Masyarakat dapat secara terbuka melihat melalui televisi, radio, internet atau media masa cetak.
Islam yang diturunkan ke tengah masyarakat yang rusak akhlaknya di Jazirah Arabia, diawali dengan ajaran iman kepada Allah dan hari akhirat. Ayat-ayat Qur'an yang diturunkan prahijrah Rasulullah SAW. mengenalkan kepada masyarakat jahiliyah yang berbilang tuhan, siapa Allah, siapa diri mereka, dan bagaimana kelanjutan hidup mereka.
Iman kepada Allah dan hari akhirat membuat mereka mengubah perilaku dan melalui firman-firman-Nya yang di bacakan oleh Rasulullah SAW., serta diaktualisasikan dalam segala perilaku beliau. Masyarakat memperoleh tuntunan bagaimana hidup yang sesuai dengan aturan Allah.
Para ulama berpendapat, akidah(keimanan) dan ibadah(ritual) menumbuhkan akhlak yang baik.
Akhlak diterjemahkan dengan budi pekerti ataun moral. Keimanan atau akidah yang kemudian dijabarkan dalam seperangkat aturan hidup akan merefleksi pada akhlak yang baik. Rasulullah SAW. bersabda, "Agama adalah akhlak yang baik" dan "Sesempurnanya keimanan seorang mukmin adalah yang terbaik akhlaknya" (HR. At-Turmudzy).
Yang membedakan manusia dan hewan sesungguhnya bukan akal fikirannya, tetapi akhlaknya (QS. Al-A'raaf [7:179]). Tatkala manusia berakhlak buruk, maka mereka lebih sesat dari hewan ternak.
"Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai." (QS. Al-A'raaf [7:179])

"Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya. Kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik1250 dan amal yang saleh dinaikkan-Nya1251. Dan orang-orang yang merencanakan kejahatan bagi mereka azab yang keras. Dan rencana jahat mereka akan hancur." (QS. Faathir [35:10])


Sebagian ahli tafsir mengatakan, perkataan yang baik itu ialah kalimat tauhid, yaitu Laa ilaa ha illallaah. Ada pula yang mengatakan dzikir kepada Allah dan semua perkataan yang baik yang diucapkan karena Allah.
Akibat akhlak tercela akan dijumpai akibatnya baik di dunia dan akhirat. Contoh, seorang koruptor, tatkala kejahatannya terbongkar, ia akan mendapat aib di dunia. Bila tidak taubatan nasuha, di akhirat dia akan mendapat siksaan neraka. Demikian pula kejahatan yang lain.
Mungkin sebuah kejahatan tersembunyi dari pantauan manusia, tetapi di hadapan Allah tidak ada yang tersembunyi dan bila Allah menghendaki suatu saat akan terbuka. Wallahu a'lam. 
(Sumber : "Bulletin Dakwah & Informasi Pusdai Jabar).